Dimas City (Digital-Humanis) untuk Ibu Kota Baru Indonesia
Oleh:
Muhammad Ruslan Afandi
Apakah kalian pernah tahu Rencana pemindahan Ibu kota? Pastinya, bahwa sudah menjadi isu kekinian terkait Pemindahan Ibu Kota Jakarta ke daerah lain. Rencana pemindahan  Ibu Kota Jakarta ke daerah, sudah tentu memiliki penyebab, yang antara lain karena laju urbanisasi, penurunan air muka tanah, kekurangan air bersih, keterbatasan lahan, akibat kemacetan dan tidak efisiennya penggunaan bahan bakar  yang membuat Kota Jakarta tak lagi cocok menjadi Ibu kota Indonesia. Harapan-harapan pun bermunculan ketika rencana pemindahan  Ibu Kota Jakarta ke daerah lain terealisasi antara lain mengurangi beban Jakarta dan Jabotabek, mendorong pemerataan pembangunan ke wilayah Indonesia bagian timur, mengubah mindset pembangunan dari Jawa Centris menjadi Indonesia Centris. Selain itu harapan memiliki ibu kota baru yang merepresentasikan identitas bangsa, kebinekaan dan penghayatan terhadap Pancasila, peningkatkan pengelolaan pemerintahan pusat yang efisien dan efektif, serta memiliki Ibu kota yang menerapkan konsep smart, green, and beautiful city untuk meningkatkan kemampuan daya saing (competitiveness) secara regional maupun internasional.

Lalu seperti apakah harapan Ibu Kota Baru yang Ideal?

Dimas City ( Digital-Humanis) adalah jawabannya.  Penulis menggagas konsep Ibu kota baru yang mengkombinasikan aspek digital dan aspek humanitas. Dimas City (Digital-Humanis) menempatkan kota sebagai salah satu pilar penting untuk mewujudkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial-budaya masyarakat, dan keseimbangan lingkungan yang berkelanjutan.  Pilar Digital dan Pilar Humanis menjadi dua pilar yang menjadi keunggulan Dimas City (Digital-Humanis). Pilar pertama yaitu “Digital”, mendesign Ibu Kota baru yang modern space dengan pertimbangan saling terkoneksi (mobile) dengan mengkombinasikan infrastruktur broadband, fleksibilitas, pelayanan yang sifatnya digital oriented dengan service yang inovatif untuk mempertemukan antara kebutuhan pemerintah, masyarakat dan bisnis. Sehingga menghasilkan Kota dengan living spaces yang menjadi sebagai pusat dari produksi ide dan budaya. Dalam mengimplementasikan Pilar Digital, maka terdapat syarat yang harus dilakukan yaitu syarat pertama, bahwa  Dimas (Digital-Humanis), harus mampu menyediakan fasilitas broadband yang bisa diakses oleh pemerintah dan masyarakat. Syarat kedua adalah digital inclusion. Dimas (Digital-Humanis), diharuskan untuk memperkenalkan hal-hal yang berbau teknologi digital dan broadband kepada masyarakatnya, khususnya kepada kalangan yang masih kurang melek teknologi. Syarat ketiga adalah Inovasi,  Dimas (Digital-Humanis), diharapkan pemerintah, dan masyarakat, mampu melahirkan inovasi.

Salah contoh yang Penulis berikan untuk penerapan untuk Dimas City (Digital-Humanis), adalah WI-FI (Wireless Fidelity) gratis di tempat umum (stasiun, sekolah, ,kantor, ruang terbuka hijau, warung kopi, dan tempat lainnya), masyarakat dapat melakukan komplain secara digital (SMS, WA, email dan media digital lainnya), pengurusan kependudukan sipil (pembuatan Akta Lahir dan Kartu Keluarga) juga bisa dioperasikan secara online, pengembangan pariwisata berbasis Android.

Sesungguhnya pilar digital dalam Dimas City (Digital-Humanis),  tujuannya agar Ibu kota yang baru menjadi lebih digital yaitu agar pelayanan pemerintah kepada masyarakat menjadi lebih berkualitas dan rakyatpun merasa nyaman untuk tinggal di kotanya sendiri. Efeknya adalah roda perekonomian akan bergerak cepat karena rasa nyaman yang dimiliki oleh masyarakat akan dapat meningkatkan kualitas kinerja mereka. Bahkan, investasi pun akan cepat datang karena proses digital akan memangkas birokrasi yang dikenal rumit menjadi lebih sederhana dan adanya transparansi terhadap berbagai penggunaan anggaran negara yang dapat dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kepercayaan investor akan lebih meningkat sehingga perekenomian semakin tumbuh dan mampu mensejahterakan masyarakat.

Pilar kedua dalam konsep Dimas City (Digital-Humanis), adalah “ humanis “ merupakan konsep yang mempertimbangkan faktor kemanusiaan, dengan konsep kota kompak, terproyeksi (smart growth) yang mengikuti konsep hemat energi, ekologis, transportasi humanis, ramah Iingkungan hidup, dan Iayak huni. Melalui Pilar Humanis ini,  Ibu Kota yang baru mempunyai visi yang serupa dengan kota berkeIanjutan, kota komprehensif, kota ekologis, kota ramah Iingkungan, dan kota sehat. Pilar Humanis menuntut Ibu Kota baru mempertimbangkan aspek ruang perkotaan tidak hanya berhubungan dengan ruang terbuka hijau atau Iingkungan hidup, tetapi merupakan rencana fisik dan ekologi kota yang sesuai dengan kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya dan masyarakatnya, dengan mempertimbangkan kebutuhan pengembangan politik serta ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), mewujudkan keberlanjutan dalam bangunan ekologis, penggunaan sumberdaya alam, dan meningkatkan kualitas Iingkungan hidup.

Penulis menggagas Pilar Humanis dalam konsep Ibu Kota Baru yaitu Dimas City (Digital-Humanis), dengan alasan bahwa saat ini perkembangan atau perembetan kota-kota besar Indonesia khusunya di Jakarta Iebih mengutamakan pembangunan fungsional, cenderung dengan pola kota yang tidak terstruktur (urban sprawl) di wilayah suburban. Perkembangan kelompok perumahan permukiman terpisah dengan fasilitas publik, seperti sarana perbelanjaan, sarana kesehatan, pendidikan dan sarana perdagangan dan jasa Iainnya, sehingga perkembangan kota Jakarta memberi dampak pada pemborosan energi, pemborosan dana transportasi, dan pencemaran Iingkungan hidup. Adapun penulis memberikan contoh rekomendasi dalam pelaksanaan Pilar Humanis yaitu konsep peencanaan penggunaan lahan multifungsi (mixedland use), yang mendekatkan fasilitas umum di sekitar perumahan, sehingga akan mengurangi kemacetan IaIu lintas. Konsep perencanaan tersebut mencakup konsep kota ramping dan kompak (compacv city), merencanakan kota yang terprediksi pertumbuhannya (smart growth), ramah terhadap pejalan kaki dan pesepeda (walkable city), dengan jaringan jalan yang Iayak, dilengkapi dengan tempat transit (transit oriented development/TOP).

Sehingga besar harapan Penulis, Ibu Kota baru Indonesia memiliki konsep Dimas City (Digital-Humanis ) yang akan mewujudkan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), mewujudkan keberlanjutan dalam bangunan ekologis, dan  meningkatkan kualitas manusia dan Iingkungan hidup.



Postingan Populer